Bandung, 10 Juli 2024 – Dalam dunia distribusi ritel Indonesia yang penuh tantangan, Lanvin Lukito telah membuktikan dirinya sebagai sosok yang tangguh dan visioner. Memulai karir di CV Putra Sumber Sari pada tahun 2013 saat baru lulus kuliah, Lanvin telah membawa perusahaan ini menuju kesuksesan dengan berbagai strategi inovatif dan hubungan pelanggan yang kuat.
Dengan latar belakang pendidikan di bidang IT, semula Lanvin hampir tidak melirik bisnis distribusi sebagai pilihan karirnya. Namun, berkat perkenalan serta dukungan keluarganya yang juga menekuni bisnis bidang distribusi, Lanvin pun memberanikan diri mencoba dan mendapati kesuksesan. Ia berhasil mengembangkan jaringan distribusi perusahaan yang mayoritas merupakan agen grosir di seluruh Indonesia.
Pencapaian ini melesat sejak Lanvin menjadi salah satu mitra strategis dalam proyek IFC Embedded Finance yang dikembangkan oleh IFC (International Financial Corporation – anggota World Bank Group) melalui Evermos, sebuah perusahaan connected commerce asal Bandung, di tahun 2023. Dalam kurun waktu setahun, Lanvin mampu mengembangkan jaringan distribusinya sebanyak 700 titik, dari 200 hingga 900 agen grosir.
Berdasarkan riset dari Kearney, pasar ritel di Indonesia menyumbang pendapatan sebesar 447 miliar USD di tahun 2022 (atau senilai 7.000 triliun rupiah). Jumlah ini diproyeksikan akan tumbuh sebesar 6% hingga 2027, serta didominasi atas kontribusi penjualan produk secara offline di kota-kota tier bawah melalui pasar tradisional dan warung-warung.
Melihat proyeksi angka tersebut, terlihat bahwa penjualan grosir sangat memiliki potensi dalam membantu UMKM memperluas distribusi penjualan produk mereka, yang tentu akan membawa dampak lebih besar pada peningkatan ekonomi lokal.
Apa yang dilakukan oleh Lanvin dan bisnis distribusinya memberi kesempatan bagi UMKM untuk dapat menghadirkan produk mereka di sejumlah titik grosir dan warung-warung di banyak wilayah Indonesia. Upaya ini pun sejalan dengan visi IFC akan pemerataan ekonomi, khususnya bagi masyarakat di kota tier bawah.
Secara umum, saat agen grosir menerima sejumlah produk dari distributor, mereka memiliki waktu satu bulan untuk membayar produk yang telah diterima tersebut. Melalui kerjasama embedded finance dengan IFC, Lanvin menerapkan keringanan tempo pembayaran dari agen grosir ini, yang tentunya lebih kompetitif dibandingkan distributor lain, sehingga ia dapat menjangkau lebih banyak lagi titik grosir.
Pandemi Covid-19 mengubah pola distribusi di Indonesia di mana banyak pabrik besar menjual langsung produk ke konsumen, serta mengurangi peran distributor. Untuk memperkuat margin, Lanvin pun memproduksi sejumlah produk sendiri untuk didistribusikan melalui jaringannya. Tidak disangka, produknya laris terjual sehingga memberi dampak positif terhadap bisnis, agen grosir, UMKM, serta perekonomian lokal.
Kunci sukses Lanvin berada pada kemampuannya membaca pasar dan melihat peluang. Dirinya menekankan pentingnya menjalin hubungan secara langsung ke lapangan dengan agen grosir untuk memahami kebutuhan mereka dan menawarkan produk yang tepat. Strategi jemput bola yang diterapkan Lanvin efektif dalam memperluas jaringan distribusinya hingga kini berkembang ke seluruh Indonesia.
Terlepas dari segala pencapaiannya, Lanvin Lukito tetap berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM melalui bisnisnya. Dedikasi serta visinya membawa perusahaannya ke level yang lebih tinggi, menjadikannya contoh sukses dalam industri distribusi di Indonesia.